Beranda HUKUM Alat Pengganda Kartu ATM Dijual Bebas

Alat Pengganda Kartu ATM Dijual Bebas

0
BERBAGI

TANGERANG–Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), dan polisi sepertinya harus bertindak cepat mencegah kejahatan skimming perbankan. Jika tidak, potensi kejahatan ini kian rawan dan bakal terus berkembang. Meskipun tergolong modus lama, kejahatan skimming masih favorit digunakan sindikat pembobolan rekening nasabah bank karena gampang, lebih aman, dan alatnya mudah didapat.

Penelusuran Tangerang Ekspres, alat skimming ternyata dijual bebas via online. Alat itu bahkan ada yang dijual satu set maupun satuan. Contohnya di situs alibaba.com, untuk alat card reader/writer skimmer dijual US$45-75 per unit atau antara Rp616.320-Rp1.027.200 (kurs US$1 : Rp13.696). Di situs ebay.com, credit card skimmer dijual US$95 atau seharga Rp1.301.120.

Selain situs jual beli, netizen juga bisa dengan mudah menemukannya di Google. Beberapa penjual bahkan terang-terangan menamai blogspot-nya dengan jual beli skimmer pengganda. Di situs itu bahkan menawarkan satu set alat skimming dengan harga lebih mahal Rp3 juta-Rp30 juta.

Rinciannya yakni skimmer card, clone card, burning chip, spy camera (untuk mengintip PIN nasabah), finger detector, keypad palsu (untuk mencatat PIN), kartu chip atau kartu ATM kosong 250 pcs, software, carbon papper 1.500 lembar. Bahkan di sana juga dijelaskan ada garansi supplier, dan kartu garansi berlaku di empat negara yaitu Singapura, Malaysia, Indonesia, dan Jerman.

Koran ini lalu menghubungi kontak penjual yang tertera di blogspot tersebut 0817700xxx. Telepon pun diangkat penjual yang menawarkan alat skimmer lewat http://jualskimmer.blogspot.co.id itu. Ketika koran ini bermaksud ingin membeli alat skimmer tersebut, sang penjual mengaku akan mengecek alat dan harganya terlebih dahulu.

“Saya cek alatnya dulu,” kata dia. Tetapi setelah itu, teleponnya justru dimatikan dan tak lagi diaktifkan.

Sementara Sadam, seorang warga Pamulang nasabah bank mengaku mengkhawatirkan kasus serupa dapat terjadi pada dirinya. Sebab pelaku tidak mengenal tempat saat melakukaan aksinya.

“Saya tentu khawatir, ada rasa khawatir, apalagi dari berita yang saya tahu jumlah uang yang hilang tersebut sangat besar,” ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Selasa (20/3).

Sadam menambahkan, untuk mengantisipasinya belakangan ini dia rutin untuk mengecek saldo tabungannya. Tujuannya agar jika ada sesuatu yang mencurigakan bisa dapat segera diantisipasi dan dapat segera dilaporkan.

“Saya berharap agar pihak bank dapat mengantisipasi supaya kejadian serupa tidak terjadi lagi,” tambahnya.

Pantauan Tangerang Ekspres di sejumlah kantor cabang bank, aktivitas terlihat biasa-biasa saja. Di Kantor Cabang Pembantu Bank Mandiri Jakarta-Pamulang misalnya, tidak ada laporan nasabah menjadi korban skimming. Petugas keamanan Deni Setiawan mengatakan, sampai Selasa (20/3) siang tidak ada nasabah yang datang dan melapor karena menjadi korban skimming. “Kalau ada pasti beritanya sudah heboh,” katanya.

Sementara di Cilegon, hingga saat ini tidak ada laporan dari nasabah Bank Mandiri Cilegon yang mengaku kehilangan uangnya di rekening akibat skimming. Hal itu dikatakan Asisten Operasional Manager Bank Mandiri Cilegon Bervi saat dihubungi Tangerang Ekspres via telepon seluler, Selasa (20/3). Menurut dia, wilayah kerja Bank Mandiri Cilegon meliputi daerah lainnya. Untuk wilayah timur meliputi Bank Mandiri dari Cilegon hingga Cikande, Kabupaten Serang. Kemudian untuk wilayah selatan meliputi Bank Mandiri hingga Panimbang, Kabupaten Pandeglang.

“Insya Allah sampai saat ini dan seterusnya tidak akan ada,” katanya. Sementara itu, Coorporate Secretary PT Bank Mandiri (Persero), Rohan afas mengatakan bila ada dugaan berkurangnya saldo nasabah itu terkait pencurian data nasabah data nasabah melalui tindakan skimming, agar segera dilaporkan.

“Karena itu kami meminta kewaspadaan bagi nasabah untuk selalu waspada dalam bertransaksi. Jauh sebelum adanya kasus belakangan ini, kami telah melakukan tindakan pengamanan terhadap mesin-mesin ATM kami, termasuk secara rutin memeriksa dan memonitor mesin-mesin ATM tersebut,” katanya.

Meski demikian, seiring kemudahan yang dapat dinikmati nasabah, di mana kartu ATM sebuah bank dapat digunakan di berbagai mesin ATM, baik dalam maupun luar negeri, pihaknya mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dalam bertransaksi.

Apabila nasabah mengalami kejadian yang mencurigakan dan berpotensi merugikan, diharapkan segera melaporkan kejadian tersebut dan akan segera tindaklanjuti.

“Termasuk dan tidak terbatas hingga proses penggantian dana nasabah secara utuh, bila jelas terbukti menjadi korban pencurian data,” katanya. Pihaknya juga berharap nasabah mengaktifkan dan memanfaatkan feature notifikasi ke HP pemegang rekening baik kartu kredit maupun kartu debit atau kartu ATM. Sebab, itu akan menginfokan kepada nasabah bila ada penarikan atau penggunaan kartu baik di mesin ATM atau di merchant. Dengan notifikasi ini, bila ada penarikan dana atau penggunaan kartu yang tidak dilakukan, nasabah dapat cepat mengidentifikasi, melapor dan memblokirnya.

“Kami juga mengimbau nasabah untuk segera mengganti PIN dan melakukan perubahan PIN secara berkala,” katanya. (mg-03/tnt/bud/jpg/bha)

Dari Jakarta dilaporkan, Wakil Presiden Jusuf Kalla menganggap kasus skimming yang terjadi pada bank adalah murni sebagai tindakan kriminal biasa. Pelaku bisa mengerti kelemahan sistem dari bank yang dibobol. “Sangat kriminal murni,” ujar JK di kantor Wakil Presiden, kemarin (20/3).

Dia menyebutkan bahwa bank harus lebih memperkuat sistem keamanan milik mereka. Selain itu, polisi harus segera menangkap para pelaku-pelaku pembobolan yang meresahkan masyarakat tersebut. “Kalau ada kelemahan begitu tentu tanggung jawab bank masing-masing. Karena itu berarti ada kelemahan di sistem yang harus diperbaiki,” ujar dia.

Terkait bank pelat merah, Bank BRI dan Bank Mandiri, yang jadi korban aksi skimming, JK menyebutkan bahwa potensi tersebut bukan hanya terjadi pada dua bank tersebut. Tapi, bisa terjadi pada bank-bank lainnya bahhkan juga bank di negara lain. “Ada 64 bank menurut polisi kan, bukan hanya bank di Indonesia tapi di luar negeri juga,” tambah dia.

Terpisah, Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Tirta Segara mengatakan, pihaknya terus mengawasi upaya perbaikan yang dilakukan oleh bank. Berdasarkan laporan, sejumlah upaya itu sudah dilakukan oleh bank yang bersangkutan.

“Sudah patroli ke mana-mana, jadi setiap saat ATM-nya akan dilihat diperiksa lagi. Yang lain pemantaun secara tidak langsung dr CCTV, dari segela macam sudah dipantau,” ujarnya kepada Jawa Pos (grup Tangerang Ekspres), di Kantor Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jakarta, kemarin (20/3).

Saat disinggung soal perlu tidaknya bank meningkatkan investasi di sektor pengamanannya, dia enggan mengomentari lebih lanjut. Namun saat ditanya apakah pengamanan bank sudah baik, dia juga tidak bisa memastikan. “Kami selalu kaji manajemen resikonya,” imbuhnya.

Sementara itu, di tempat yang sama, Deputi Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara enggan berkomentar terkait banyaknya kasus Skimming ATM yang merugikan banyak nasabah. “Saya tadi tidak rapat soal itu,” ujarnya berkali-kali.

Direktur Digital Banking & Technology Bank Mandiri Rico Usthavia Frans mengatakan, pihaknya sudah menaruh komitmen pada keamanan. Namun memang belanja modal untuk IT dan keamanan Bank Mandiri tidak banyak berubah dari tahun lalu. “Capex (capital expanditure) untuk IT USD 120 juta (Rp 1,65 triliun). Untuk security ya bagian dari itu, USD 15 juta sampai USD 20 juta (Rp 206 miliar sampai Rp 275 miliar),” ujarnya.

Jumlah tersebut sangat kecil jika dibandingkan laba bersih yang diraih Bank Mandiri. Tahun lalu bank pelat merah itu mencatat laba bersih yang tumbuh 49,5 persen menjadi Rp 20,6 triliun. Rico menjelaskan, Bank Mandiri banyak terfokus untuk pengembangan infrastruktur dan jaringan telekomunikasi. Untuk meningkatkan keamanan dan jaringan digital, Bank Mandiri akan membangun pusat data di Surabaya.

Sementara PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menganggarkan investasi untuk IT sebesar Rp 2,9 triliun, dan untuk keamanan sebesar Rp 300 miliar. Jumlah tersebut juga sangat kecil jika dibanding laba bersih BRI yang sebesar Rp 29,04 triliun.

Direktur Digital Banking & Technology BRI Indra Utoyo mengatakan, peningkatan keamanan sudah tentu harus terus diupayakan oleh perseroan. “Perhatian khusus terkait masalah skimming tentu dilakukan, baik dari dari aspek kebijakan maupun teknologi. Jika nanti diperlukan peningkatan investasi tentu akan ditempuh,” ujarnya.
(bud/jpg/bha)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here