JAKARTA – Negara besar seperti Uni Soviet atau Yugoslavia bisa pecah atau bubar jika tidak dijaga kekuatan-kekuatan yang menyatukannya. Ada kondisi domestik maupun geopolitik yang berpotensi merongrong negara besar.
Begitu kata Wakil Ketua Umum Fadli Zon yang mencoba menjelaskan arti dari pidato Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang menyebut Indonesia bisa bubar di tahun 2030.
“Apa yang disampaikan Pak Prabowo: ada kajian/ramalan/prediksi yang ingin RI bubar oleh pihak lain/luar. Inilah peringatan agar waspada,” jelasnya dalam akun Twitter @fadlizon, Sabtu (24/3), dilansir RMOl.co (Jawa Pos Grup).
Dia kemudian bercerita tentang prediksi yang ditulis oleh intelektual pembangkang pemerintah Soviet, Andrei Amalrik pada tahun 1969.
Almarik kala itu menulis tentang Will The Soviet Union Survive until 1984?” atau akankah Soviet bertahan hingga 1984?”.
Terjadi polemik hebat atas tulisan ini karena Soviet adalah negara superpower yang kuat, baik di bidang militer maupun bidang lainnya. Namun kenyataannya, Uni Soviet bubar dan pecah menjadi 15 negara pada tahun 1991.
“Ini akhir yang tragis bagi sebuah adidaya yang pernah digdaya bahkan menguasai antariksa,” jelasnya.
Fadli menyebut bahwa ada faktor internal dan eksternal yang melatari sebuah negara adidaya bubar. Jika berkaca dari Soviet, maka faktor internal tentu karena kepemimpinan Mikhael Gorbachev yang lemah.
“Gagal atasi stagnasi ekonomi, glastnost berhasil, perestroika yang gagal. Belum lagi tragedi Chernobyl yang makan biaya. Konflik komunal dan etnis. Munculnya gerakan etnonasionalis di beberapa negara bagian,” lanjutnya.
Sementara faktor eksternal antara lain Perang Dingin dan geopolitik yang membuat Uni Soviet menghadapi kekuatan-kekuatan yang mendorongnya untuk berubah.
“Tentu ada juga negara yang ingin RI lemah bahkan bubar agar negara itu diuntungkan. Keadaan inilah yang harus dilawan. Mereka takut RI kuat,” jelasnya.
Salah satu cara membuat lemah adalah ketergantungan dan pemimpin yang lemah. Kepemimpinan lemah tentu jadi ancaman bagi ekonomi politik.
“Apalagi pemimpin lemah seperti Gorbachev dulu suka dengan pencitraan dan dipuji-puji asing. Di dalam negeri kondisi ekonomi bobrok,” jelasnya.
“Jadi apa yg disampaikan Pak Prabowo justru sebuah peringatan, jangan sampai kita gagal, jangan sampai kita bubar. Kita harus membela RI dengan semua upaya. Jangan lengah, jangan terlalu percaya diri, jangan sampai terjadi disintegrasi sosial apalagi disintegrasi teritorial. NKRI harus kuat,” tukasnya. (JPC)