Beranda INFO BHAYANGKARA Produktivitas Padi Capai 6,89 Juta Ton

Produktivitas Padi Capai 6,89 Juta Ton

0
BERBAGI
BUKA PAMERAN: Joko Widodo Buka Pameran Trade Expo Indonesia 2018, ICE BSD, Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Rabu (24/10). FOTO: Setkab.go.id

Jakarta–Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan potensi produksi padi kuartal keempat tahun ini bisa mencapai 6,89 juta ton. Dengan rincian, yakni Oktober sebanyak 2,66 juta ton, November 2,1 juta ton, dan Desember 2,13 juta ton.

Produksi padi itu didasarkan potensi total lahan seluas 10,9 juta hektare (ha) pada tahun ini. Dengan tambahan luas lahan sebanyak 0,53 juta ha pada Oktober, 0,41 juta ha pada November, dan 0,43 juta ha pada Desember.

“Dengan total luas lahan panen 10,9 juta ha, perkiraan produksi padi 2018 sebanyak 56,54 juta ton,” imbuh Kepala BPS Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (24/10).

Data tersebut diperoleh berdasarkan survei Kerangka Sampel Area (KSA) yang merupakan metode perhitungan luas panen dengan memanfaatkan teknologi citra satelit yang berasal dari Badan Informasi Geospasial (BIG) dan peta lahan baku sawah dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR).

Mengutip data metode terbaru BPS, per Januari-September 2018, realisasi produksi padi secara bulanan berturut-turut sebanyak 2,71 juta ton, 5,6 juta ton, 9,46 juta ton, 9,46 juta ton, 7,32 juta ton, 4,74 juta ton, 4,43 juta ton, 5,35 juta ton, 5,21 juta ton, dan 4,84 juta ton.

“Produksi tertinggi terjadi pada Maret sebesar 9,46 juta ton. Sementara, produksi terendah pada Januari sebesar 2,71 juta ton,” terangnya.

Adapun, total luas lahan Januari-September 2018 sebanyak 9,54 juta ha, masing-masing secara bulanan berturut-turut 0,53 juta ha, 1,04 juta ha, 1,72 juta ha, 1,72 juta ha, 1,35 juta ha, 0,96 juta ha, 0,87 juta ha, 1,05 juta ha, 1,05 juta ha, dan 0,96 juta ha.

“Perbedaan luas lahan panen dari waktu ke waktu karena faktor kualitas lahan,” katanya.

Secara persebaran, kontribusi produksi padi terbesar pada tahun ini diperkirakan berasal dari Jawa Timur dengan jumlah mencapai 10,53 juta ton. Diikuti, Jawa Barat 9,53 juta ton dan Jawa Tengah 9,51 juta ton. Lalu, Sulawesi Selatan 5,74 juta ton, Sumatra Selatan 2,64 juta ton, dan sisanya berasal dari berbagai provinsi lain.

Di tempat berbeda, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan data produksi beras nasional harus merujuk Badan Pusat Statistik (BPS), bukan menggunakan data kementerian terkait. Jokowi menegaskan data-data produksi beras harus merujuk BPS karena sejak lama terjadi kekeliruan dalam penghitungan.

“Data beras kan sudah disampaikan oleh BPS, itu sudah sejak 97 (1997) itu memang nggak benar datanya,” kata Jokowi di ICE BSD, Tangerang, Banten, Rabu (24/10).

Laporan mengenai kesalahan perhitungan data beras pun sudah dilaporkan BPS sejak satu tahun belakangan. Jokowi meminta seluruh instansi pemerintah menggunakan data BPS sebagai rujukan produksi beras nasional.

“Ini kita sudah setahun yang lalu BPS menyampaikan ke kita, dan ini yang kita mau betulkan, ya udah pakai itu,” tegas Jokowi.

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) telah memerintahkan Badan Pusat Statistik (BPS) mengkaji ulang data produksi beras. Merespons perintah JK, Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan pihaknya bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR), Badan Informasi dan Geospasial (BIG) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) telah merumuskan metodologi baru pendataan produksi beras sejak 2015.

“Kenapa metodologi perhitungan beras perlu diperbaiki, karena sejak 1997 banyak pihak menduga bahwa perhitungan data produksi kurang tepat. Itu kesalahan banyak pihak termasuk BPS tentunya,” tutur Suhariyanto di Gedung BPS, Jakarta, Rabu (24/10/2018).(cnn/dtc)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here