Potensi-potensi kecurangan yang terjadi di tempat pemungutan suara (TPS) sudah dipetakan oleh Bawaslu. Peluang curang dengan memanfaatkan situasi dan kondisi saat penghitungan suara. Terutama pada penghitungan suara calon legislatif (caleg) DPRD kota/kabupaten yang dihitung di sesi terakhir. Kemungkinan, akan terjadi setelah lewat tengah malam. Di saat petugas KPPS, saksi, dan pengawas sudah kecapaian.
Ketua Bawaslu Kota Tangerang M. Agus Muslim sudah mewaspadai itu.
Agus urutan penghitungan suara dimulai dari hasil surat suara untuk capres. Setelah itu, DPR, DPD, DPRD provinsi, dan terakhir DPRD kab/kota.
“Mudah-mudahan penghitungan tepat waktu, jika memang belum selesai maka kita masih ada waktu sampai dengan pukul 12.00 WIB siang hari,”tuturnya.
Ia mewaspadai adanya oknum petugas kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) yang ‘bermain’ dengan oknum caleg dan saksi dari partai politik. Tujuannya, untuk mendulang suara lebih banyak di TPS. Agus mengaku sudah mengantisipasinya. Bahkan dalam simulasi juga sudah terlihat celah-celah yang bisa dimanfaatkan untuk berbuat curang. “Tinggal bagaimana KPU dan KPPS untuk menjaga konsentrasi dan tidak mau terima permainan dari caleg. Kami akan melakukan pengawasan ketat,” ujar Agus.
Cara berbuat curang yang dilakukan, oknum KPPS di TPS dan para saksi dari masing-masing partai politik bisa memanipulasi perolehan suara, dengan cara menyebut nama caleg atau partai yang tak sesuai kertas suara yang telah dicoblos pemilih. Karena, untuk memanipulasi suara di tingkat kecamatan akan sulit. Karena sudah tersedia data scan yang sudah di upload ke KPU kota/kabupatan dan bisa diketahui masyarakat umum.
Kata Agus, konsentrasi permainan antar oknum KPPS dan caleg, akan terdeteksi. Lantaran di TPS pengawasnya banyak. Selain ada pengawas dari Bawaslu, saksi partai, polisi ada pengawas dari lembaga independen. “Jika memang ada maka akan langsung kami meminta bantuan pihak kepolisian untuk segera menindaknya,”katanya.
Walaupun demikian, Agus tetap yakin bahwa sistem pengawasan akan berjalan maksimal. Karena tidak hanya Bawaslu saja yang bekerja. KPU Kota Tangerang juga punya peran memaksimalkan tim KPPS nya untuk bisa tetap netral dan independen.
“Untuk masalah permainan suara, kami akan terus pantau. Untuk itu KPU juga harus bisa memberikan imbuan kepada KPPS agar tidak terjadi permaian. Artinya pemilu ini harus berjalan jujur, adil dan aman,” lanjutnya.
Penghitungan suara tidak boleh ada jeda. Agus Muslim mengatakan, walaupun ada penambahan waktu hanya untuk antisipasi jika memang tidak selesai.
“Penghitungan surat suara tidak boleh ada jeda, kalaupun ada jeda hanya untuk salat dan makan, selanjutnya penghitungan dilanjut lagi sampai selesai,”ujarnya.
Agus menambahkan, semua tim dari Bawaslu dan Panwascam sudah disiapkan baik mental dan juga stamina mereka. Karena jauh sebelum pemilu dilakukan semua tim diberikan pendidikan dan juga di traning untuk melakukan pengawasan. “Jadi saya pastikan tim kami kuat, baik stamina dan mental mereka sudah kami latih. Walaupun penghitungan sampai jam tiga pagi atau subuh,” tuturnya.
Ketua Bawaslu Kabupaten Tangerang Andi Irawan, mengaku, para pengawas TPS dibekali dengan bimbingan teknis (bintek) terkait tugas pengawasan. Untuk mencegah kecurangan, pihak bawaslu berkoordinasi dengan berbagai elemen di masyarakat mulai dari kepolisian hingga pengawas partisipatif dari insan pers.
“Secara teknis pengawasan dilakukan bergotong royong bersama relawan serta Linmas, Polri dan TNI. Bintek berkaitan dengan spirit, kompetensi dan orientasi. Supaya para pegawas di TPS memiliki dedikasi bekerja dengan baik dan menjadikan hal ini sebagai tugas mulia dimana kesuksesan serta keadilan pemilu ada di tangan mereka serta menjadi rekam jejak mampu tampil tangguh tanpa mengeluh,” papar Andi. (mg-9/mg-10)