SERANG – Seluas 900 hektare lahan pertanian (sawah) di Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang kekurangan air. Sawah itu tersebar di Desa Tonjong 350 hektare, Pegadingan 270 hektare, Pamengkang 150 hektare, dan Toyomerto 130 hektare.
Sawah yang kekurangan air itu disebabkan musim kemarau. Selain itu juga ada buka-tutup saluran irigasi Bendung Pamarayan. Akibat kondisi itu, tanaman padi terancam rusak.
Pantauan Banten Ekspres, Selasa (23/7), persawahan di Desa Tonjong, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang mongering. Tanaman padi yang awalnya terlihat hijau kini mulai menguning.
Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kramatwatu, Anay Hasan mengatakan kekurangan air itu sudah berlangsung selama satu bulan. Hal itu akan merugikan petani karena sudah mengeluarkan modal hingga 100 persen. “Garapan saya ada 4 hektare dengan modal sampai dengan Rp20 juta, itu belum termasuk dengan obatnya,” katanya saat ditemui di persawahan Desa Tonjong.
“Sebelumnya kami tidak mengetahui informasi bahwa air dari Pamarayan akan digilir giling (buka-tutup), makanya begitu ditutup di sini langsung tidak ada (air),” ujarnya.
Bila kondisi itu terus berlanjut hingga dua hari ke depan, kata dia, ratusan hektare tanaman padi akan gagal panen. “Saya pasrah kalau dua hari ini masih tidak terairi, makanya saya sangat berharap kepada pemerintah,” ujarnya.
Ia meminta kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang menunda buka-tutup Bendung Pamarayan hingga 1 bulan ke depan, sehingga kebutuhan air petani dapat terpenuhi hingga masa panen. “Istilahnya sedang hamil tinggal sebulan lagi pasti panen. Ini juga sesuai dengan pengalaman gilir giling sebelumnya, di sepuluh hari itu airnya belum sampai ke Kramatwatu,” paparnya.
Di tempat yang sama, Kepala Seksi (Kasi) Ekonomi dan Pembangunan (Ekbang), Kecamatan Kramatwatu, Mamak Abror mengatakan sampai saat ini sudah ada beberapa desa yang melaporkan lahan pertaniannya kekurangan air. “Saat ini kita sedang inventarisir berapa total keseluruhan sawah yang kekurangan air,” katanya.
Menurut dia, pihaknya akan melaporkan ke Camat Kramatwatu total luas sawah yang kekeringan dan meneruskannya ke Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Serang. “Kita respon cepat dan disampaikan segera agar petani mendapat solusi terbaik. Kami khawatir petani akan rugi, karena mereka juga mendapatkan uang cukup sulit,” paparnya.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Distan Kabupaten Serang, Zaldi Dhuhana mengatakan saat ini sudah ada 300 hektare lahan pertanian yang mengalami kekeringan. Selain itu ada 14 ribu hektare juga di jalur Pamarayan barat yang akan mengalami kekeringan akibat musim kemarau dan gilir giling bendungan Pamarayan. “Jalur itu mengairi beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Lebakwangi, Ciruas, Pontang, Kramatwatu, dan Tirtayasa,” katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon seluler.
Menurut dia, buka-tutup Bendungan Pamarayan terjadi karena kurangnya komunikasi. Sebab sebelumnya bendungan sempat dibuka namun sayangnya tidak ada petani yang menanam padi. “Dibuka pada bulan puasa kemarin, dan sekarang ditutup malah petani menanam. Harusnya memang tidak seperti itu karena jarang sekali bulan puasa petani menanam padi,” tuturnya.
Bila terjadi kerusakan pada tanaman padi, kata dia, pihaknya telah menyediakan seribu benih padi sebagai pengganti. Sementara untuk yang mengikuti asuransi, akan mendapat penggantian Rp6 juta per hektare. “Yang ikut asuransi tinggal di klaim pusonya, dan untuk pemberian benih saya yakin itu tidak bisa mengganti kerugian, tetapi paling tidak dapat mengurangi,” ujarnya. (mam/tnt)