LEBAK – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI bekerjasama dengan berbagai kementerian dan lembaga menggelar kegiatan Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami, 11 Juli hingga 16 Agustus 2019.
Hal itu dikatakan Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPB RI, Pangarso Surotomo saat Penyerahan Bendera Pataka Ekspedisi Destana dari Kabupaten Sukabumi ke Provinsi Banten bertempat di Kabupaten Lebak bagian selatan, Senin (12/8).
Menurut Pangarso, tujuan dari kegiatan ekspedisi ini untuk menginformasikan potensi ancaman gempa bumi dan tsunami kepada aparat dan masyarakat yang tinggal di daerah rawan tsunami di wilayah pesisir pantai. Kegiatan yang akan berlangsung lebih sebulan penuh itu ditujukan sebagai langkah identifikasi awal tentang ketangguhan desa rawan tsunami, sambil melakukan sosialisasi kesiapsiagaan pada masyarakat, termasuk penanaman vegetasi pelindung pantai.
Ia mengatakan BNPB menargetkan tidak kurang dari 584 desa dan kelurahan, termasuk 300 sekolah, yang akan dijadikan sasaran program kegiatan ekspedisi pada 2019 ini. Seluruh desa/kelurahan/sekolah sasaran berada di sepanjang pantai selatan Jawa, terbentang dari Banyuwangi di Jawa Timur hingga Anyer di Banten.
“Untuk Banten sendiri ada empat kabupaten dan kota yang rawan tsunami dan kita akan lewati diantaranya Lebak, Pandeglang, Kabupaten Serang, serta Kota Cilegon. Untuk desanya sendiri di Banten ada 90 desa yang kita edukasi,” katanya kepada Banten Ekspres di sela-sela acara.
Kegiatan Ekspedisi Destana Tsunami itu, kata dia, melibatkan peserta dari pemerintah pusat dan daerah, masyarakat, lembaga usaha, akademisi, dan media massa. Setiap segmen wilayah target akan melibatkan sekitar 200 orang, yang terdiri atas 80 orang dari unsur pusat, 75 orang dari unsur provinsi, dan 45 orang dari unsur kabupaten/kota.
“Provinsi Banten sendiri masuk pada segmen ke empat atau terakhir, karena ekspedisi ini akan berakhir di Kota Cilegon tanggal 16 Juli,” ujarnya.
Pangarso menerangkan, terkait unsur-unsur peserta yang ikut dalam ekspedisi Destana ini diantaranya unsur pemerintah terdiri dari BNPB, Kementerian Desa dan Daerah Tertinggal (Kemendes), dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Unsur pemda antara lain Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, dan Dinas Sosial. Unsur masyarakat antara lain terdiri dari Non-Government Organization (NGO), relawan, Palang Merah Indonesia (PMI), Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Pramuka, Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI).
Aktivitas utama dalam kegiatan Ekspedisi Destana Tsunami itu kata Pangarso, adalah peningkatan dan penguatan aparatur desa dan kecamatan, termasuk babinsa dan babinkatibmas terkait Desa Tangguh Bencana. Kegiatan juga berbentuk Relawan Goes to School yang akan menurunkan para relawan, akademisi, lembaga usaha, dan media massa, melakukan sosialisasi kesiapsiagaan ancaman tsunami.
Selama kegiatan ekspedisi juga akan dilakukan penilaian ketangguhan desa terhadap bencana melalui wawancara dan pengisian kuisioner. Hal itu bertujuan untuk mengetahui pada tahapan awal tentang tingkat ketangguhan desa menghadapi bencana, yang selanjutnya akan diperbandingkan dengan tingkat ketangguhan desa pasca-pelaksanaan program ini.
“Kita juga akan pasang papan-papan informasi untuk mengingatkan para warga desa maupun pengunjung agar senantiasa waspada terhadap bencana tsunami selama berada di daerah/desa tersebut,” paparnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Lebak, Kaprawi menambahkan, kegiatan ekspedisi Destana di Kabupaten Lebak akan berlangsung di dua kecamatan, yakni Kecamatan Bayah dan Wanasalam yang merupakan daerah yang memiliki garis pantai. Secara keseluruhan Lebak memiliki garis pantai sepanjang kurang lebih 91,42 kilometer.
“Kami tentu mendukung penuh acara Ekspedisi Destana ini, karena sosialisasi kebencanaan merupakan kewajiban kita semua agar masyarakat paham dan mengerti bagaimana menghadapi bencana yang dapat datang secara tiba-tiba,” katanya. (mg-05/tnt)