KRONJO-Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar bersama Presiden Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (BMI) memanen sayuran Kol dan Oyong di kampung blukbuk luwung RT 03/04 Desa Blukbuk Kecamatan Kronjo Kabupaten Tangerang, Kamis, (13/02).
Zaki mengatakan, di kampung belukbuk telah dibangun jalan lintas desa melalui TMMD untuk menunjang aksebilitas masyarakat, dan untuk mendukung perairan di wilayah kronjo dibangun pula tandon air untuk mendukung pertanian di wilayah kronjo di desa blukbuk.
“Perekonomian mulai menggeliat, mulai dari akses jalan, pertanian disini pun kita dukung dengan tandon air yang dibangun oleh pemkab tangerang,” papar Zaki.
Wilayah kronjo dan sekitarnya jika musim kering sudah mendapatkan air karena dataran rendah dan sawah tadah hujan, lanjut Zaki, sekarang musih hujan dan dimulai musim tanam hasil pertanian sekarang terbukti kita memanen sayuran kol dan oyong hasil petanian masyarakat.
“Saya berharap, sektor pertanian holtikultura terus digalakan untuk wilayah kronjo yang telah terbukti seperti kol, cabe dan oyong bisa dipanen lebih cepat,” ungkap Zaki.
Presiden Koperasi Syariah BMI Kamarudin Batubara, panen kol dan oyong di Kronjo merupakan petani binaan koperasi BMI, dengan jumlah petani 11,8 orang petani pembiayan 3 orang petani mandiri.
Untuk komoditas kol dataran rendah pertanian holtikultira binaan BMI di wilayah kecamatan Kronjo seluas 4.000 meter persegi, komoditas oyong 6.000 meter persegi, komoditas timun 6.000 meter persegi dan komoditas Cabai 7.000 meter persegi.
“Kami memberikan pendampingan penyuluh pertanian, hingga saat ini panen mencapai 1 ton untuk komoditas oyong,” jelas Kamarudin.
Kariri (50) petani Oyong yang menggarap sekitar 2.000 meter persegi lahan sawahnya menjadi lahan oyong dapat menghidupi keluarganya cukup tersenyum dengan panen oyong saat ini, oyong ditanam sekitar satu bulan lima hari sudah di panen.
“Panen sekarang lumayan, sekali memetik mendapatkan hingga 4 kuintal perharinya, sudah delapan hari hampir satu ton,” ucap Kariri yang saat ini sudah memiliki dua cucu.
Kariri sudah 20 tahun sebagai petani, sebelumnya menanam padi di kampung blukbuk luwung RT.03 RW 04 desa blukbuk, tetapi merugi padi yang dia tanam mengalami puso, berlanjut menanam cabai, memiliki modal Rp6 juta dan menggarap lahan sekitar 1.500 meter persegi, Kariri tetap merugi, cabai yang dia tanam mengalami gagal panen karana cabai yang dia panen busuk terendam banjir diaqal tahun.
“Gagal panen sudah saya alami, cabai yang saya tanam teredam banjir hujan yang menggenangi lahan pesawahannya,” kata Kariri.
Saat ini Kariri menanam oyong sekitas 2.000 meter persegi dengan modal Rp14 juta, kini panen memetik oyong dengan omset setiap harinya Rp1.600.000 per sekali panen oyong di kebunnya, sekali memetik 300 hingga 400 kilogram sedangkan panen kali ini sudah kali hampir 1,5 ton panen kali ini dengan harga oyong berkisar Rp4.000 hingga Rp4.500 per Kilogramnya.
“Saya terus bersemangat lagi bertani, dengab Oyong lebih pendek usianya dan mudah untuk cara penanamannya,” ungkap Kariri.
Semangat bertani pun menular ke Murtala (42), petani Kol di desa Blukpuk juga, awalnya percobaan kol dataran rendah ini ditanam di atas luas tanah 200 meter, tidak tanggung-tanggung hasilnya mendapatkan 300 kilogram, dan saat ini murtala panen kol di lahan 2.500 meter panen kedua.
“Awalnya percobaan, kol apakah bisa ditanam didaerah rendah tapi saat ini ternyata bisa dan menuai hasilnya,” Ungkap Murtala. (ril)