LIVERPOOL menemui jalan buntu ketika bertemu Atletico Madrid. Liverpool, sang juara bertahan Liga Champions itu, mengutip pandit ESPN Mark Ogden, cuma jadi Clark Kent dan bukan Superman dihadapan Atletico. Anak buah Juergen Klopp itu tanpa tembakan on target ke gawang Atletico di laga kemarin (19/2). Selain Atletico hanya lawan Napoli di Stadio San Paolo (4/10/2018), Liverpool milik Klopp tak menghasilkan tembakan on target.
Atletico menang tipis 1-0 atas Liverpool dalam leg pertama 16 besar Liga Champions di Estadio Wanda Metropolitano. Pertemuan kedua berlangsung bulan depan (12/3) dan giliran ATM yang jadi tuan rumah di Anfield.
Kekalahan di stadion yang delapan bulan lalu menjadi monumen kesuksesan Liverpool merajai Eropa buat keenam kalinya seperti sudah diprediksi Klopp. Sekitar 25 jam sebelum pertandingan, pelatih 52 tahun itu mengatakan pertandingan bertemu Los Colchoneros adalah salah satu pertandingan tersulit yang harus dihadapinya dan juga para pemain.
“Mereka sangat bagus, sebuah tim yang terorganisasi untuk mengejar hasil (menang). Banyak yang bilang mereka tak sebagus periode-periode sebelumnya namun menurutku itu wajar sebab tim ini dalam proses transisi,” ujar Klopp dalam pre-match press conference.
Pasca kekalahan oleh Atletico, Klopp mencoba menghibur diri sembari memutar otak untuk menembus tembok tebal yang dibangun Koke dkk. “Kami baik-baik saja. Kalah 0-1 di babak pertama (leg pertama) sehingga kami punya waktu istirahat yang panjang (sampai leg kedua) dan kami akan memanfaatkan itu,” tutur pelatih dengan persentase kemenangan 61 persen itu di Liverpool itu.
Klopp masih pede kalau bisa membalik situasi kekalahannya di Anfield tiga pekan lagi. Dalam 33 laga Liga Champions bersama Liverpool, Klopp belum pernah dipermalukan di depan Kopites. “Selamat datang di Anfield, pertandingan belum selesai,” kata Klopp dikutip Mirror.
ESPN menulis taktik 4-4-2 yang oleh banyak orang dianggap kuno, minim imajinasi atau kreativitas, namun terorganisasi nyatanya malah bisa menghabisi skema sepak bola dinamis, pressing tinggi, dengan slogan serang, serang, serang.
“(Diego) Simeone dan ATM mungkin tak menampilkan sepak bola dengan menarik. Akan tetapi masih ada keindahan yang dipertontonkan dengan cara bermain yang tegas, tanpa kompromi, organisasi permainan solid, dan spirit pantang menyerah pasukan berseragam garis putih-merah,” tulis ESPN.
Whoscored menunjukkan Atletico membuat 33 tekel sepanjang pertandingan dan gelandang Liverpool Fabinho paling banyak disasar tekel dengan jumlah tiga kali. Atletico juga membuat clearances 21 kali serta intersep 14 kali. Bandingkan dengan Liverpool yang membuat 30 tekel, tiga clearances, dan sepuluh intersep.
Eks pelatih Liverpool yang kini melatih Dalian Pro FC Rafael Benitez mengatakan kepada The Athletic bermain secara simpel adalah jalan menang atas Liverpool milik Klopp. Jenis passing yang dibuat tak perlu neko-neko. Yang penting bola berhasil dijauhkan dari pemain Liverpool. Dan menurut Benitez hal itu dilakukan Simeone dalam laga kemarin.
Benitez sepanjang karirnya di berbagai klub tujuh kali bertemu Klopp. Dua kali bersama Napoli dan sisanya saat melatih Newcastle. Saat menang lawan Klopp di Borussia Dortmund di Liga Champions (19/9/2013), dua kali imbang versus Klopp di Liverpool dengan skor 2-2 (23/4/2016) dan 1-1 (1/10/2017), Benitez mengaku sukses menimimalkan sepak bola ala heavy metal Klopp.
Pelatih yang membawa Liverpool juara Liga Champions 2004-2005 di Istanbul tersebut melanjutkan pergerakan dua fullback kanan dan kiri Liverpool Trent Alexander-Arnold dan Andy Robertson benar-benar dibuat mampat para pemain ATM. Dengan skema 4-3-3 ala Klopp, TAA dan Robbo adalah pemasok umpan buat pemain depan.
Sepanjang 90 menit persentase keberhasilan umpan diagonal Liverpol sangat rendah yakni hanya 16 persen. Liverpool melepaskan 31 umpan diagonal. TAA membuat separonya, 16 kali, dengan hanya dua kali sukses. Atau cuma 12,5 persen. Robbo, lebih tak berkutik dengan melepas lima umpan diagonal dengan satu kali sukses atau 20 persen.
Simeone kepada Marca menuturkan pertandingan lawan Liverpool sesuai yang dibayangkannya. Lawan akan melancarkan gelombang agresi dan timnya menutup setiap celah yang ada.
“Ini adalah hasil kerja keras semua, kami menunggu peluang lewat serangan balik, bola-bola mati, atau situasi apapun yang bisa jadi gol. Kami melalui besar melawan tim yang tangguh,” komentar Simeone. (jpg/apw)