Beranda TANGERANG HUB Airin Optimistis PAD Tetap Meningkat

Airin Optimistis PAD Tetap Meningkat

0
BERBAGI
Airin Optimistis PAD Tetap Meningkat
Walikota Airin Rachmi Diany memberikan pengarahan pada sosialisasi bimbingan teknis perpajakan daerah di Swiss Bell Hotel, Serpong, Kota Tangsel. FOTO: Miladi Ahmad/Tangerang Ekspres

SERPONG-Dampak Covid-19 berimbas pasa Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tangsel. Sebab wabah ini, PAD turun hingga 50 Persen. Meski demikian Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany optimistis PAD kota yang dipimpinnya tetap akan mengalami peningkatan.

Airin menuturkan, berdasarkan laporan Badan Pendapatan Pajak Daerah (Bapenda) Kota Tangsel, sejak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) penurunan PAD sangat terasa. Biasanya dalam satu hari, penerimaan pajak Rp14 miliar sampai Rp25 miliar. Namun, sejak adanya covid-19 penerimaan pajak di Tangsel hanya sekitar Rp800 juta per hari.

Kendati demikian, sejak Juni kemarin penerimaan pajak sudah mulai berangsur naik. Yakni sekitar Rp4 miliar per hari. “Padahal kalau kita lihat struktur APBD kota Tangsel kita sudah sangat mandiri, dari Rp 4 triliun PAD kita Rp 2 triliun. Jadi sisanya Rp 2 triliun baru dari pusat, dari provinsi maupun juga dari yang lain. Jadi betapa kita sudah sangat mandiri secara APBD tetapi akibat covid-19 ini wilayah lain yang sudah sangat mandiri pun terasa betul. Karena kalau daerah-daerah lain yang tidak tergantung dari PAD-nya, ada tidak ada PAD mereka disubsidi oleh pemerintah pusat ataupun dari provinsi,” ungkapnya di kawasan Serpong, kemarin (5/8).

Airin menyampaikan, selama ini penerimaan pajak yang diterima Pemkot Tangsel dipatikan dikembalikan untuk rakyat dalam bentuk pembangunan. Menurutnya, Covid-19 sangat berpengaruh terhadap penerimaan pajak.

“Bagaimana kami pemerintah akan memungut pajak kepada masyarakat padahal kondisi sedang tidak baik secara perekonomian. Saya melihat laju pertumbuhan dan kebangkitan persoalan ekonomi di tangsel sudah mulai karena secara struktur 70 persen kita perumahan dan pemukiman. Perdagangan dan jasa itu yang menjadi potensi,” ujarnya.

Airin yakin bisnis dan usaha di Kota Tangsel segera meningkat. Intinya, kata dia, di Tangsel adalah pelayanan dan jasa. Menurut dia, sepanjang masyarakat Tangsel tinggal di Tangsel, bekerja di Tangsel, melakukan aktivitas di Tangsel dan anak-anak bersekolah di Tangsel kemydian masyarakat mendapatkan atau mencari penghasilan di Tangsel dan membelanjakan spending money-nya di Tangsel maka pajak dan retribuasi pasti akan didapat.

“Jadi saya tidak terlalu khwatir, walaupun pak Presiden menyatakan laju pertumbuhan ekonomi di Tangsel sangat turun tapi recovery di Tangsel harusnya lebih cepat dibandingkan dengan kota atau kabupaten lain di Indonesia. Karena kita lebih melayani,” tegasnya.

Kendati demikian, lanjut Airin, semua tergantung dari para pelaku usahanya. Bagiamana mereka mencari dan melihat peluang tersebut dan mencari inovasi.

“Jangan sampai terambil oleh pengusaha-pengusaha yang ada di luar wilayah Tangsel. Mau sampai kapanpun ada atau tidak ada covid makan, minum pasti harus. Orang ada atau tidak ada covid untuk anak-anak sekolah itu harus walaupun dengan menggunakan cara online ataupun yang lainnya. Saya yakin pengusaha akan tetap survive. Karena pengusaha jeli melihat potensi usaha,” tambahnya.

Sementara itu, Sekertaris Bapenda Tangsel Rahayu Sayekti mengatakan, penurunan PAD akibat turunnya penerimaan pajak cukup signifikan yakni 50 persen. Namun, sekarang ini penerimaan pajak sudah mulai meningkat mencapai Rp 4 miliar per hari.

“Kalau sekarang kan masa jatuh tempo PBB sudah mau tutup di 31 Agustus, mungkin warga banyak yang mengejar supaya tidak kena denda keterlambatan. Kemudian dengan adanya stimulan yang diberikan oleh kita bagi wajib pajak khususnya yang PBB pembayaran bulan Juli yang mendapat diskon 15 persen dan pembayaran agustus mendapat diskon 10 persen ini menjadikan para wajib pajak giat lagi untuk membayar tunggakan pajak daerahnya itu. Sama juga ada beberapa stimulasi lainnya seperti pengurangan denda,” jelasnya.

Dia menyampaikan, biasanya penerimaan pajak paling tinggi di dapat dari PBB dan BPHTB. Wajar jika penerimaan pajak menurun. Sebab, dalam penerimaan BPHTB dipengaruhi oleh transaksi.

“Kan saat tcovid tidak banyak yang melakukan transaksi. Jadi berpengaruh juga terhadap BPHTB. Sekarang orang mending beli nasi dibanding beli rumah,” ujarnya.

Dia menambahkan, hingga sekarang ini penerimaan pajak di kota Tangsel sudah mencapai 40 perasen dengan struktur pendapatan yang dikurangi. Akibat Covid-19, target penerimaan pajak pun diturunkan.

“Kemarin ada perubahan struktur karena recofusing. Pendapatan juga berubah jadi ada pengurangan pendapatan dari sisi PAD itu hampir sekitar Rp 800 miliar. Ke depan untuk meningkat penerimaan pahak aelain ada peringanan dengan diskon sekarang ini, nanti September sampai Desember akan ada kebijakan lagi,” imbuhnya. (mol)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here