KOTA TANGERANG – Hari ini digelar Musyawarah Kota (Muskot) pemilihan Ketua PMI Kota Tangerang. Dosen Universitas Islam Syekh Yusuf (UNIS) Tangerang Hudaya Latuconsina yang berniat mencalonkan diri, memilih mengurungkan niatnya. Ia merasa dijegal oleh pihak tertentu yang memiliki kekuasaan tapi di luar struktur PMI Kota Tangerang.
Hudaya mengatakan sejak sepekan terakhir ia sudah bergerak menggalang dukungan. Ia menawarkan program kerja kepada sejumlah pemilik suara, untuk membuat PMI Kota Tangerang lebih baik lagi. Mantan Kepala Bapeda Pemprov Banten ini mengaku mengantongi 10 suara dari total 16 suara, yang cukup untuk memuluskan dirinya menjadi Ketua PMI Kota Tangerang.
“Yang sebelumnya 8 pengurus kecamatan sudah sepakat mengusung saya. Tiba-tiba mengalihkan dukungannya kepada bakal calon lain, lantaran adanya intervensi dari pihak lain, di luar struktur PMI Kota Tangerang,” ungkap kepada Tangerang Ekspres, Kamis (10/9).
Hudaya memaparkan, Sejak Juni lalu, dirinya diminta oleh para relawan dan pengurus PMI Provinsi Banten untuk mencalonkan diri pada pemilihan Ketua PMI Kota Tangerang.
Ia disambangi oleh para relawan. Relawan tersebut menginginkan adanya perubahan-perubahan di tubuh organisasi kemanusiaan ini. Berdasarkan analisa para relawan tersebut, kata Hudaya, mereka menginginkan dirinya mencalonkan diri menjadi sebagai ketua.
“Mereka berharap saya ikut bersaing dalam kontestan pemilihan Ketua PMI yang akan dilaksanakan besok (hari ini-red),” ungkapnya.
Hudaya pun bersedia. Ia lantas menemui beberapa pengurus kecamatan. Untuk memenangkan pemilihan ketua, harus meraup 20 persen dari total suara sebanyak 16 suara, yakni 13 pengurus kecamatan, relawan PMI, demisioner dan pengurus PMI Provinsi Banten.
Dari langkah-langkah pendekatan, lanjut Hudaya, ia mendapat dukungan dari 8 pengurus kecamatan diantaranya Karang Tengah, Larangan, Ciledug, Cipondoh Jatiuwung, Benda, Tangerang dan Cibodas
Ia mengklaim telah mengantongi dukungan dari Ketua PMI Provinsi Banten Ratu Tatu Chasanah. Sehingga total Hudaya telah mengantongi dukungan 10 suara, yakni 8 dari pengurus kecamatan, satu pengurus PMI Provinsi Banten dan dari pihak relawan.
Dua hari jelang digelarnya Muskot PMI Kota Tangerang, Hudaya mendapatkan informasi bahwa 8 pengurus kecamatan yang sebelumnya telah memberikan dukungan untuk dirinya tiba-tiba berpaling. Mengalihkan dukungannya kepada salah satu bakal calon lainnya. Menurutnya, berpalingnya dukungan itu karena ada upaya penjegalan terhadap dirinya. Ia mensinyalir delapan pengurus kecamatan tersebut mendapat intervensi dari pihak lain yang memiliki kepentingan di Kota Tangerang ini.
“Setelah dilakukan kroscek ternyata benar, salah satu pengurus PK mengatakan kepada saya, duh sebenarnya kita berat hati, sebenarnya kita sudah sepakat mengusung Pak Hudaya, tapi karena diminta oleh camat mendukung calon lain, kita tidak bisa apa-apa,” tutur Hudaya menirukan pernyataan pengurus PK tersebut.
Situasi terakhir, Hudaya hanya memiliki dukungan hanya dua suara, yakni dari pihak relawan dan Pengurus PMI Provinsi Banten. Menurutnya sangat tidak mungkin jika melanjutkan mengikuti kontestan pemilihan Ketua PMI Kota Tangerang.
“Sebelum adanya penjegalan, saya sudah mendapatkan 10 suara, sudah cukup. Tapi rupanya resistensi terjadi. Kemungkinan saya gagal ikut serta mencalonkan,” tuturnya.
Ia pun menyimpulkan, betapa resistensi pengurus kecamatan tidak dapat mencermati kepentingan PMI secara utuh dalam konteks organisasi kemanusiaan yang cukup besar. Menurut Hudaya, justru terpengaruh oleh kepentingan pragmatis. Ia pun mendapatkan informasi, bahwa salah satu ketua pengurus kecamatan pada akhirnya akan mencalonkan diri.
“Saya dengar, ketua PK Tangerang akan ikut mencalonkan diri,” ujar Hudaya yang juga Ketua Umum Yayasan Syekh Yusuf Tangerang ini.
Menurutnya, penjegalan mematahkan itikad baiknya untuk memperbaiki tubuh PMI Kota Tangerang sesuai yang diharapkan para relawan yang mendorong dirinya menjadikan pemimpin organisasi kemanusiaan ini. Ia mengaku sejatinya tidak mengetahui bakal adanya Muskot PMI Kota Tangerang. Karena proses pergantian kepemimpinan di tubuh PMI Kota Tangerang dinilai tertutup. Ia mengetahuinya karena adanya relawan datang dan meminta dirinya mencalonkan diri menjadi ketua.
“Yah, ambil hikmahnya sebagai pembelajaran untuk ke depan,” pungkasnya. (raf)