TANGERANGEKSPRES.CO.ID – Selama ini jobfair di Kota Tangsel dilaksanakan secara offline. Namun, pelaksanaan secara offline tidak efektif dan terkesan buang-buang anggaran saja.
Pasalnya, jumlah lowongan yang disediakan tidak sebanding dengan jumlah pelamar. Selain itu, pelamar yang diterima juga tidak sesuai harapan, sehingga pelaksanaan jobfair dinilai tidak efektif.
Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie mengatakan, selama ini pelaksanaan jobfair kurang efektif lantaran kurang peminatnya. “Kita tidak ada lagi jobfair tapi, bentuknya dilatih, disertifikasi dan ditempatkan (D3),” ujarnya kepada TANGERANGEKSPRES.CO.ID, Selasa 17 Oktober 2023.
Pria yang biasa disapa Pak Ben ini menambahkan, selama ini jobfair offline bentukny seperti itu dan tiap tahun selalu diadakan.
“Mulai sekarang bukan lagi jobfair tapi D3. Jadi masyarakat akan kita beri pelatikan dan sertifikasi, lalu mereka akan kita salurkan ke perusahaan yang memiliki kriteria sesuai pelatihan tersebut,” tambahnya.
Perekrutan pegawao secara D3 akan terus dilakukan lantaran dinilai lebih efektik dan tepat sasaran. Tahun depan juga akan dmkita anggarkan untuk itu program D3 ini,” jelasnya.
Pak Ben mnegaku, jobfair dilakukan slaah satunya untuk mengurangi pengangguran. Dimana tahun ini diwilayahnya ada ribuan pekerja terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
“PHK ini terjadi lantaran tidak adanya kesepakatan terkait upah minimum antara pengusaha dan pekerja,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketenagakerja Kota Tangsel Sabam Maringan Halomoan Sihotang mengatakan, tahun ini pihaknya akan mengadakan jobfair secara virtual
“Kita sedang persiapkan jobfair firtual kni dan belum tahu ada berapa perusahaan yang akan ikut dan yang pasti ada puluhan perusahaan,” ungkapnya.
Maringan mengaku, pihaknya mencatat selama 2023 ada 1.251 orang pekerja terkena PHK. “Dari awal tahun sampai September kemarin ada 1.251 orang yang kena PHK. Jumlah ini berasal dari 48 perusahaan yang ada di Tangsel,” ujarnya.
Maringan menambahkan, pada Januari 2023 ada 206 orang terkena PHK dari 6 perusahaan, Februari ada 241 pekerja terkena PHK dari 4 perusahaan. Maret ada 41 orang kena PHK dari 5 perusahaan, April ada 126 pekerja dari 5 perusahaan, Mei 11 orang dari 5 perusahaan.
Kemudian pada Juni ada 44 pekerja dari 2 perusahaan, Juli ada 175 pekerja dari 5 perusahaan, Agustus ada 201 orang daru 5 perusahaan. “Terakhir pada Saptember ada 206 pekerja yang kena PHK dari 11 perusahaan,” tuturnya. (*)
Reporter : Tri Budi