JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta perbankan nasional untuk memberikan program kredit pendidikan atau student loan. Program ini dinilai telah berhasil dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Amerika Serikat. Namun dalam pelaksanaanya di Amerika, banyak pelajar yang tidak bisa melunasi kredit pendidikan hingga lulus kuliah.
Menanggapi hal itu, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan, kredit pendidikan penting untuk mendorong pelajar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan kredit pendidikan ini ada harapan baru, ini sangat baik memberikan bantuan kepada mahasiswa agar bisa melanjutkan pendidikan dan menyelesaikan kuliahnya,” ujar Nasir di Jakarta.
Terkait kredit macet yang terjadi di Amerika, Nasir mengatakan, hal tersebut bisa diminimalisir dengan melihat segmen mahasiswa yang diberikan bantuan dengan kredit pendidikan tersebut. Ia mencontohnya, saat ini baru mahasiswa S-2 dan S-3 yang diberikan bantuan kredit pendidikan. Sebab, mahasiswa pascasarjana memberikan resiko rendah terhadap terjadinya kredit macet. “Saat ini S-2 dan S-3 kita dorong agar bisa memanfaatkan peluang ini. Kemudian mahasiswa jurusan Saintek juga karena ilmu Saintek dibutuhkan membangun perekonomian infrastruktur Indonesia ke depan,” tuturnya.
Kedepannya, ia berharap mahasiswa S-1 juga dapat diberikan kredit pendidikan. “Kredit pendidikan tidak harus dari semester satu saja, semester 7 atau 8 bisa, agar kuliahnya bisa tepat waktu selesainya di semester 8 dan tidak gagal,” katanya.
Sebelumnya diberitakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat membuka Rapat Terbatas (Ratas) tentang Peningkatan Sumber Daya Manusia Indonesia di Kantor Presiden, Jakarta, beberapa waktu lalu, menantang perbankan Indonesia untuk mengeluarkan produk kredit di bidang pendidikan tinggi. Kucuran kredit ini diberikan dalam rangka investasi di bidang pendidikan Indonesia.
Jokowi mengungkapkan, sistem kredit pendidikan ini dapat dilihat dari apa yang telah dilakukan oleh Amerika Serikat, di mana nilai pinjaman kredit pendidikan telah melampaui nilai pinjaman kartu kredit. Total pinjaman untuk kartu kredit di sana mencapai USD800 miliar, sedangkan untuk kredit pendidikan nilainya mencapai USD1,3 triliun.
“Ini saya kira sebuah contoh yang mungkin harus kita dorong agar yang namanya kredit pendidikan atau student loan ini betul-betul bisa kita kerjakan di sini,” ungkapnya. (jpnn/mas)