SERPONGF-Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tangsel menyelenggarakan Halaqah Ulama Kota Tangerang Selatan (Tangsel) di Restoran Remaja Kuring, Serpong, Tangsel, Selasa (9/10).
Acara yang mengambil tema Memperkokoh 4 Pilar Kebangsaan Sebagai Wujud Pelaksanaan Hubbul Wathan Minal Iman ini dibuka oleh Sekda Tangsel Muhamad, dan dihadiri oleh Ketua MUI Tangsel KH. Saidih beserta jajaran pengurus, perwakilan dari MUI Kecamatan, FSPP, Penyuluh Agama Isam, Majelis Ta’lim, NU, Muhammadiyah, LDII, Aisiyah, Muslimat, dan undangan lainnya.
Ketua panitia, Iis Aisyah, menjelaskan bahwa tujuan diadakannya acara ini dalam rangka meningkatkan kesadaran setiap warga negara untuk menjadikan 4 pilar kebangsaan sebagai pegangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Empat pilar kebangsaan itu adalah Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945.
“Umat Islam memiliki kewajiban untuk mempertahankan 4 pilar kebangsaan ini sebagai wujud pelaksanaan cinta tanah air,” jelas Iis.
Bertindak sebagai Narasumber, Kasi Penmad Kemenag Tangsel, Suhardi, Anggota Komisi IX DPR RI, Siti Masrifah, dan Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dimyati Sajari.
Dalam paparanya, Kasi Penmad Suhardi, memaparkan materi tentang Memperkokoh 4 Pilar Kebangsaan Melalui Jalur Pendidikan Islami. Beberapa fenomena di lingkungan pendidikan, di antaranya masih banyak terjadi bullying di lembaga pendidikan.
Nanyaknya jargon dan larangan di sekolah tetapi mandul, banyaknya kebijakan di sekolah yang dirumuskan tidak secara demokratis yang menjadi faktor kenapa tatib di sekolah tidak efektif, visi dan misi lembaga pendidikan banyak lebih bersifat administratif daripada sebagai spirit perubahan, dan pembelajaran lebih menekankan pada aspek kognitif, bahkan terhadap hal yang jelas-jelas menuntut skill.
“Untuk itulah lembaga pendidikan harus memiliki visi, misi, tujuan, dan program yang jelas terkait dengan upaya memperkokoh 4 Pilar Kebangsaan. Sekolah juga harus memiliki sistem pengendalian yang melibatkan semua stakeholders dan dirumuskan secara demokratis,” jelas Suhardi.
Lebih lanjut Suhardi menambahkan, sekolah harus mengembangkan model pembelajaran yang menyeimbangkan antara kognisi, afeksi, dan psikomotorik (Lickona), memberikan ruang yang cukup kepada anak-anak didik untuk menafsirkan secara konstruktif terhadap realitas (teori konstrukvisme), dan mengembangkan kepemimpinan yang meneladankan.
Sementara itu, Narasumber Siti Masrifah menjelaskan bawa 4 Pilar Kebangsaan berperan dalam membentuk karakter bangsa. Menurutnya, sikap-sikap yang mencerminkan karakter bangsa, di antaranya saling menghormati dan menghargai, rasa kebersamaan dan tolong menolong, rasa kesatuan dan persatuan, rasa peduli dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dan sikap menjunjung tinggi beberapa nilai.
“Seperti Nilai kejuangan, Nilai semangat, Nilai kebersamaan atau gotong royong, Nilai kepedulian atau solider, Nilai sopan santun, Nilai persatuan dan kesatuan, Nilai kekeluargaan, serta Nilai tanggungjawab, dan sebagainya,” jelasnya.
Ketua MUI Tangsel, KH Saidih, mengatakan bahwa halaqah ulama kota Tangsel ini sebagai kontribusi ulama Tangsel untuk ikut mendinginkan situasi politik yang terjadi. Menurutnya, ulama harus mampu mengambil peran dalam memberikan pengaruh positif yang menebarkan Islam yang ramah, penuh toleransi, dan damai.
Di lokasi yang sama, Sekda Tangsel Muhamad mengatakan bahwa silaturahmi adalah hal yang sangat penting. Disamping memang dianjurkan dari sisi syariah, dari sisi pribadi ia memandang banyak hal positif dan manfaat yang dapat diraih melalui silaturahmi. Tanpa disadari banyak permasalahan, hambatan atau kendala yang dapat diselesaikan melalui silaturahmi.
“Banyak kegiatan-kegiatan yang dapat terlaksana berkat dukungan semua. Saya sangat berharap, dukungan dan kerjasama ini akan dapat terus dibangun. Saya yakin kita semua menyadarai bahwa untuk melaksanakan niatan baik kita dalam membangun dan memajukan kota kita ini, kerjasama dan sinergi semua pihak sangat diperlukan,” bebernya.
Selain itu, Pemkot mengapresiasi kepada MUI yang selalu berusaha menjaga kondusifitas kerukunan antar umat beragama, namun tegas melarang tumbuhnya aliran-aliran sesat yang meracuni masyarakat.
“Ada beberapa persoalan yang perlu diketahui oleh umat, salah satunya paham radikalisme dan aliran keras. Dengan diadakannya kegiatan ini, saya berharap kita dapat menyamakan persepsi untuk menyikapi dan mengatasi persoalan tersebut,” ungkapnya.
Salah satu mudahnya umat terkena pengaruh negatif disebabkan makin berkurangnya pembinaan yang dilakukan. Oleh karena itu, kegiatan seperti ini penting diselenggarakan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran umat mengenai hal-hal berbahaya yang terjadi di masyarakat. (hms)
[…] Source link […]