Beranda TANGERANG HUB Museum Tionghoa BSD City, Simpan Beragam Pustaka Tionghoa Hingga Terakota

Museum Tionghoa BSD City, Simpan Beragam Pustaka Tionghoa Hingga Terakota

0
BERBAGI
SANG KOLEKTOR: Azmi Abu Bakar pemilik Museum Pustaka Peranakan Tionghoa BSD. Ditempat ini mengoleksi sekitar 35 ribu koleksi artefak kuno, salah satunya patung Tarakota dari masa pemerintahan Dinasti Qin. FOTO: Dwiki Darmawan/Tangerang Ekspres

SERPONG-Selain pusat bisnis, BSD City ternyata bisa dijadikan rujukan sejarah. Khususnya bagi sejarah Tionghoa. Karena, di kawasan ini terdapat benda sejarah leluhur bangsa Tiongkok. Yakni, artefak Dinasti Qin.

Benda bersejarah ini, berada di Museum Pustaka Peranakan Tionghoa. Lokasinya terletak di kawasan Golden Road BSD City. Tepatnya, di blok C 33 No.7-8 Sektor VI, Kelurahan Lengkong Gudang, Serpong, Kota Tangsel. Museum yang didirikan pada tahun 2011 ini, memiliki kurang lebih sekitar 35 ribu koleksi benda bersejarah.

Daya tarik yang paling terasa pada musium ini adalah patung Tarakota. Benda ini, merupakan patung tentara pada masa Dinasti Qin sekitar 221-206 SM. “Artefak ini diperkirakan sudah berumur lebih dari 2.000 tahun,” kata Azmi Abu Bakar, pemilik Museum Pustaka Peranakan Tionghoa, BSD City, Jumat (21/12).

Dikatakannya, patung ini didatangkan langsung dari Tiongkok dengan tujuan sebagi edukasi dan pembelajaran bagi etnis Tionghoa atau masyarakat Indonesia yang ingin mengetahui sejarah China.

“Tinggi dari patung itu sendiri hanya berkisar sekitar 1,5 meter yang dibuat menggunakan tanah liat khusus yang proses pembuatannya itu sendiri masih menjadi misteri hingga saat ini,” katanya.

Selain patung, di museum ini dapat juga ditemukan naskah kuno, foto, buku-buku bersejarah dan juga benda-benda lainya.

Azmi Abu Bakar menjelaskan, patung Tarakota ini adalah salah satu dari sekian banyak patung yang telah ditemukan di China dan sudah menjadi salah satu warisan dunia yang harus dijaga dan dilestarikan.

Selain itu Azmi mengatakan, museum yang dibangunnya ini bukan hanya bertujuan untuk melestarikan budaya Tionghoa. Namun, juga sebagai sarana edukasi bagi masyarakat agar tidak melupakan sejarah tentang keterkaitan etnis Tionghoa dengan Indonesia.

“Saya berharap agar bangsa ini tidak melupakan sejarah keterkaitan etnis Tionghoa dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia,” ucapnya.

Laki-laki berwajah brewok itu menambahkan, negara Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi kebhinekaan. “Jadi saya berharap bangsa ini tidak mudah terprovokasi oleh pemberitaan miring tentang etnis Tionghoa. Pelajarilah sejarah, jangan sampai sejarah itu menghilang karena adanya sebuah informasi yang belum tentu benar adanya,” tambahnya.

Sampai saat ini, Museum Pustaka Peranakan Tionghoa kerap dikunjungi para peneliti Indonesia bahkan dari luar negeri. Tempat ini menjadi salah satu musium terlengkap yang ada di Indonesia. (mg-4/esa)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here