Beranda TANGERANG HUB Debat yang Tidak Berdebat

Debat yang Tidak Berdebat

0
BERBAGI
Debat yang Tidak Berdebat
DARI KIRI: Paslon No.1 Muhamad-Rahayu Saraswati, No.2 Siti Nur Azizah, No.3 Benyamin Davnie-Pilar Saga Ichsan di studio Kompas TV, sebelum acara debat di mulai, tadi malam. FOTO: Miladi Ahmad/Tangerang Ekspres

Debat calon Walikota dan Wakil Walikota Tangsel Minggu (22/11). Acaranya disiarkan langsung di salah satu televisi nasional. Debat yang berjalan sekitar 120 menit tersebut, cenderung monoton. Dari ketiga kandidat, tak ada ‘serangan’ agresif. Tidak perdebatan. Cenderung datar-datar saja. Dalam debat perdana ini, moderator memberikan kesempatan kepada ketiga pasangan calon untuk memaparkan visi-misi yang mereka usung.

Dimulai dari pasangan nomor urut 1 Muhamad-Saraswati Djojohadikusumo. Kemudian, dilanjutkan dengan pemaparan pasangan nomor urut 2, Siti Nurazizah-Ruhamaben dan Benyamin Davnie-Pilar Saga Ichsan sebagai paslon nomor tiga mendapatkan kesempatan terakhir memaparkan visi-misi. Sesi berikutnya, pasangan calon mendapatkan kesempatan menjawab pertanyaan yang disiapkan panelis. Dengan memilih amplop yang sudah tersedia.

Pasangan nomor urut 3, Benyamin-Pilar, mendapatkan kesempatan pertama. Pilar, yang diapuk memilih amplok B. “Saya pilih amplop ‘B’ untuk merefleksikan ‘Benyamin Davnie’,” katanya. Setelah itu, moderator pun membuka segel dan menyampaikan pertanyaan kepada paslon nomor tiga tersebut.

Dalam sesi ini, kedua paslon lain, mendapatkan kesempatan untuk menanggapi jawaban dari paslon yang memilih amplop pertanyaan yang dibuat panlis. Di sesi tak ada greget. Setelah sesi itu, sesi paling ditunggu pun tiba. Yaitu, saling bertanya antar-paslon.

Sayangnya, dalam sesi ini masing-masing kandidat bertanya dan menjawab landai. Seperti saat pasangan nomor urut 1 bertanya kepada nomor urut 2.

Muhamad, memanfaatkan kesempatan ini untuk bertanya mengenai ikon pohon kelor. “Ibu sering bilang budi daya kelor akan dikebangkan. Padahal, di Tangsel sudah ada ikon; anggrek. Apakah akan menggeser anggrek, atau gimana?” kata Muhamad. Azizah menjawab pertanyaan ini dengan memastikan jika kelor bukan sebagai pengganti anggrek sebagai ikon Kota Tangsel. Melainkan sebagai slogan baru yang harus dibudidayakan di Kota Tangsel. Bahkan ia juga mengatakan jika kelor akan menjadi penyubur anggrek. “Kelor itu daunnya kecil, sehingga anggrek yang berada di bawah pohon kelor tidak akan mati. Bahkan, ketika dia (kelor) tumbuh, akan menumbuhkan anggrek,” katanya.

Ia juga memaparkan jika kelor lebih kepada ikon gerakan, untuk merespons situasi pandemi covid. Menurut Azizah, kelor tidak hanya bernilai eknomis, tapi kesehatan. Kelor sebagai tanaman rakyat yang direkomendasi WHO. “Bisa meningkatkan gizi keluarga dan meningkatkan imun tubuh,” paparnya. Mendapatkan jawaban itu, Muhamad mengamini argumentasi paslon nomor dua. Ia bahkan cenderung mendukung untuk menjadikan kelor sebagai ikon.

“Saya juga memproduksi, sudah menikmati kelor, untuk menu sehat. Cuma, bagaimana cara populasinya, strateginya belum saya dengar. Bagaimana budi daya di Tangsel dengan kondisi lahan yang terbatas,” katanya, menanggapi. Sementara, saat sesi bertanya kepada paslon nomor urut 3, Azizah melempar pertanyakan terkait peran pemda dalam penanganan covid-19.

Menurutnya, pendapat umum pemerintah tidak efektif dalam menangani wabah pandemi ini. “Lebih khusus terkait RSU Tangsel yang turun dari tipe C ke D. Ini terkonfirmasi ketika melakukan pemeriksaan kesehatan dilakukan di RSU Kabupaten Tangerang,” paparnya.

Calon Walikota nomor urut 3, Benyamin Davnie menjawab ini dengan memastikan bahwa Pemkot Tangsel sudah berupaya keras dalam penanganan covid. Salah satunya, melakukan refocusing anggaran yang dilakukan dalam APBD Perubahan Tahun 2020. “Kita sudah lebih dari Rp 77 miliar yang digelontorkan untuk menangani Covid,” katanya.

Sementara, terkait isu RSU yang turun, Benyamin mengatakan bahwa, RSU Kota Tangsel sudah ikut akreditasi. Dan, sudah naik dari tipe D ke tipe C. Namun, sempat ada penurunan akreditasi dan itu sudah diselesaikan seusai dengan syarat dari Kemenkes. “Sekarang dua rumah sakit tipe C tengah dibangun di Pondok Betung dan Pakulonan, yang itu akan melengkapi RSU Tangsel. Sehingga tidak menumpuk di RSU yang ada di Pamulang,” paparnya.

Memasuki sesi akhir, ketiga paslon mendapatkan kesempatan menyampaikan statemen penutup. Di awali dari Benyamin Davnie yang mengajak kedua calon lain untuk sama-sama bertarung secara santun. “Kami akan melaksanakan politik santun. Dan, kami juga akan terus melakukan silaturahmi dengan masyarakat Tangsel. Kami tidak akan merendahkan derajat orang lain agar derajat kami tinggi. Kami juga tidak akan mengecilkan orang lain. Marilah kita sama-sama songsong tugas mulia yang ada di pundak kita. Dan, kami berjanji akan membayar suara yang diberikan masyarakat dengan kerja keras. Karena kami tahu, Kota Tangsel adalah Rumah dan Kota,” katanya, lantang.

Sementara, paslon nomor urut 1, mengawali sesi statemen penutup dengan wakilnya, Sara yang menyampaikan banyak terima kasih. Mulai kepada suami, keluarga hingga pendukung dan relawan. “Tangsel harus punya masa depan yang lebih baik lagi. Sampah menumpuk yang menimbulkan bau busuk tidak boleh ada lagi. Korupsi harus ditertibkan. Kota elok tertata, pembangunan merata masyarakat sejahtera, kesehatan keadilan dan kesejahteraan harus ditegakkan. Demi Tangsel, untuk semua. Rakyat senang rakyat menang, hanya satu, satukan visi satukan hati. Kemenangan Muhamad-Sara adalah kemenangan Masyarakat Tangsel,” ucapnya.

Pun demikian, nomor urut 2, mengawali penutupan dengan kata-kata yang disampaikan calon wakil walikota Ruhamaben. Menurutnya, di usia Kota Tangsel yang sudah 12 tahun masih menyisakan banyak PR yang masih terabaikan. “Pembangunan sebagian besar dimiliki swasta bukan pemerintah, sehingga wajar jika Tangsel mendapat banyak gelar. Namun, hal ini tidak dirasakan oleh seluruh masyarakatnya,” katanya. Namun, ditambahkan Azizah tidak wajar jika masyarakat menunggu lebih lama lagi. “Masyarakat membutuhkan kepemimpinan. Kami Azizah-Rumah satu-satunya paslon yang tidak memiliki beban masa lalu,” ujarnya.

Sementara, Komisioner KPU Divisi SDM dan Partisipasi Masyarakat Ade Wahyu Hidayat mengatakan, dalam debat terbuka Paslon tersebut menghadirkan lima orang panelis. Mereka ialah Dr Endang Sulastri untuk bidang politik, Profesor Adrianus Meliala anggota Ombudsman, Profesor Komaruddin Hidayat Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia, Radhar Panca Dahana Budayawan, dan Dr. Eka Purna Yudha Pakar perencanaan kota dari IPB. (esa)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here