SERANG, TANGERANGEKSPRES.CO.ID – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten menyebut bahwa penanganan stunting di Provinsi Banten belum belum optimal mulai dari hulu hingga hilir.
Kepala Dinkes Provinsi Banten, Ati Pramudji Hastuti mengatakan, berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinkes dan beberapa OPD terkait. Namun sayangnya penanganan belum maksimal akibat kurangnya kolaborasi, sinkronisasi, hingga koordinasi dalam setiap indikator intervensi.
“Masih minim kolaborasi integrasi, sinkronisasi, sinergi, koordinasi setiap intervensi. Dan ini menyebabkan capaian dari 20 item indikator intervensi itu belum tercapai,” katanya usai acara Evaluasi Percepatan Penurunan Stunting di Hotel Aston, Kota Serang, Selasa 10 Oktober 2023.
Maka dari itu, pihaknya akan kembali memanfaatkan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) untuk bergerak lebih aktif.
“Yang biasanya posyandu sebulan sekali, ini bisa lebih aktif lagi dengan adanya Pos terpadu ini,” ujarnya.
Lebih lanjut, Posyandu tidak akan hanya menangani soal bayi dan anak, melainkan 20 indikator upaya intervensi penurunan stunting secara spesifik berada dalam Posyandu.
Selama 2 bulan ke depan akan dipantau langsung apakah itu berdampak signifikan atau tidak.
“Dalam 2 bulan nanti pilot project dulu apakah berdampak signifikan dalam upaya percepatan penurunan stunting,” terangnya.
“Diharapkan uji coba grand design yang disusun kabupaten kota bisa dimanfaatkan dengan baik,” tambahnya.
Dikatakan Ati, Pos Terpadu Penanganan Stunting tersebut nantinya akan dilaunching pada 30 Oktober mendatang. Dan diharapakan pada 2024 mendatang rencana itu bisa terbentuk di 1.506 pos yang tersebar di kabupaten/kota.
“Dengan ini diharapkan bisa membuahkan hasil yang efektif, optimal, dan efisien. Jadi 30 Oktober kita lakukan kick off sekalian launching, yang diawali dengan masing-masing satu desa di 8 kabupaten/kota,” ungkapnya. (*)
Reporter: Syirojul Umam
Editor : Andy