Beranda TANGERANG HUB RSU Kota Tangsel Peringati Hari Prematur Sedunia

RSU Kota Tangsel Peringati Hari Prematur Sedunia

0
BERBAGI
Kepala Instalasi NICU RSU Kota Tangsel dr. Arum Gunarsih, Sp.A(K) (tenga) foto bersama peserta saat seminar Hari Prematur Sedunia di RSU Kota Tangsel, Jumat, 17 November 2023. Tri Budi/TangerangEkspres.co.id

PAMULANG, TANGERANGEKSPRES.CO.ID – Setiap 17 November diperingati sebagai Hari Prematur Sedunia. Dalam momen tersebut, RSU Kota Tangsel menggelar seminar dengan tema “Parent’s embrace is a powerful theraphy”.

Seminar yang diikuti puluhan orangtua dan anak-anak tersebut dilaksanakan di Aula Lantai 8 RSU Kota Tangsel, Jumat, 17 November 2023. Sebagai narasumber dalam seminar tersebut adalah Dokter Spesialis Anak RSU Kota Tangsel dr. Vollico Nenni, Sp,A dan Dokter Spesilis Gizi RSU Kota Tangsel dr. Dian Permatasari, M.Gizi, Sp.Gk

Kepala Instalasi NICU RSU Kota Tangsel dr. Arum Gunarsih, Sp.A(K) mengatakan, peserta yang diundang adalah orangtua dan alumni atau bayi-bayi yang pernah dirawat di RSU Kota Tangsel dan khususnya ruang NiCU yang prematur atau lahir sebelum waktunya.

“Kalau normal bayi itu lahir 9 bulan istilahnya, ini kurang dari itu. Kalau medisnya kalau kurang 37 minggu itu prematur,” ujarnya kepada wartawan, Jumat, 17 November 2023.

Arum menambahkan, prematur artinya organ-organ tubuh belum siap, belum matang, belum siap untuk hidup mandiri dan biasanya banyak terjadi masalah.

RSU Kota Tangsel tidak hanya menangani bayi prematur yang lahir di RSU Tangsel tapi, juga menerima rujukan dari rumah sakit swasta sekitar. “Kadang pasien dari Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang juga,” tambahnya.

Menurutnya, pasien prematur yang dirawat di ruangn NICU (lahir dan rujukan) setiap hari selalu ada, jumlahnya bisa satu sampai dua bayi prematur.

Perawatan bayi prematur bukan sehari dua hari. Bila bayinya berat badannya 900 gram bisa dirawat selama tiga bulan. Kalau bayi beratnya 1,5 kilogram kemungkinan cukup dirawat 3 minggu.

“Perawatan ini kan bukan perawatan berat badan. Dibalik berat badan yang kurang itu sebetulnya jantungnya belum berkembang, paru-paru belum ngembang. Ibaratnya mangga muda, bukan cuma biar gede tapi, biar matang dan manis juga,” jelasnya.

Wanita berkerudung ini mengaku, angka harapan hidup untuk bayi prematur berdasarkan data terakhir adalah 75 persen selamat dan 25 persen meninggal.
25 persen bayi yang meninggal tersebut kadang-kadang lahir beratnya hanya 500 gram, sehingga harapan hidup didunia ini pasti tidak bisa dan ada juga yang hanya 600 grm.

“Dilihat dari data bahwa kebanyakan yang meninggal dari 25 persn ini kebanyakan kurang dari 1.000 gram. Tapi, ada juga yang 900 gram berhasil, 750 gram berhasil namun, kalau dari segi kematian bayi itu kebanyakan yang meninggal itu dibawah 1.000 gram,” terangnya.

Arum menuturkan, bayi prematur yang meninggal ada yang meninggalnya beberapa saat setelah lahir, ada juga setelah perawatan selama satu bulan, satu setengah bulan, tiga bulan juga ada. Hal tersebut lantaran bayi mengalami banyak masalah.

Pihaknya sebagai dokter anak hanya menerima anak yang sudah prematur dan masalah kandungan adalah ranahnya di dokter kebidanan dan kandungan.

“Dari data yang ada dikita, mungkin hampir 60 persen lebih ibu-ibi itu ibu-ibu muda, ibu-ibu remaja yang usianya 15 sampai 17 tahun itu kebanyakan lahirnya bayi prematur,” tuturnya.

Menurutnya, remaja sebetulnya masih tumbuh, sementara didalam badannya ada organ yang tumbuh juga. Sehingga energinya terbagi dua untuk ibu dan bayinya. Usia remaja organ reproduksinya juga memang belum matang, jadi masih susah untuk merawat sampai normal.

“Yang lain mentalnya kebanyakan ada karena kecelakaan (hamil diluar nikah). Kalau ada memang nikah muda ya secara mental belum siap, dia tidak rutin kontrol. Kan beda orang yang sudah siap dengan orang yang belum siap,” ungkapnya.

Arum mengaku, istilah prematur itu untuk bayi yang lahir kurang dari 37 minggu atau kurang dari 9 bulan. Kurang dari 9 belum itu dalam istilah medisnya kurang dari 39 minggu.

Bila usia ibunya sudah matang dan sudah siap punya anak namun, masih terjadi prematur hal tersebut disebabkan banyak faktor.

“Ibunyakan bisa ada penyakit misal terjadi pendarahan saat lagi hamil, maka bayinya tidak kuat lagi. Terus ada infeksi ibunya, ada demam, keputihan, infeksi saluran kencing dan itu merangsang bayinya keluar. Juga karena ketuban pecah, ibunya jalan-jalan terus capek, lalu ketuban pecah lalu bayi ikut keluar,” terangnya.

Selain itu, prematur terjadi bisa karena gizi tidak bagus, maka membuat pertumbuhan bayi tidak bagus dan membuat bayi mudah keluar. Mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan juga merokok juga bisa menyebabkan prematur.

“Ibu yang saat saat kehamilannya terpapar asap rokok itu resiko untuk melahirkan prematurnya lebih tinggi dibandingnya yang steril. Meskipun ibu tidak merokok bisa terpapar dari lingkungan yang merokok, apalgi kalau ibunya merokok,” katanya.

Faktor keturunan juga bisa menyebabkan prematur. Biasanya ibu-ibu yang rahimnya tidak kuat itu begitu besar sedikit maka lahir.

Arum mengaku, untuk menghindari agar tidak terjadi prematur maka dari awal remaja, yakni SD, SMP dan SMA gizinya harus bagus. Bila pertumbuhan bagus maka organ-organ reproduksinya rahimnya akan bagus juga.

Dengan demikian nantinya bayi yang akan dikandungnya juga tumbuh bagus sampai waktunya matang baru lahir. Gizi ibu sebelum persalinan, sebelum hamil gizinya harus bagus, jangan sampai begitu hamil baru perbaikan gizi.

“Kita harus promosi atau menggalakan untuk kebersihan di jalan lahir, organ-organ reproduksi baik laki-laki dan perempuan karena, ibu bisa tertular suaminya,” jelasnya.

Arum mengaku, bayi prematur itu bayi yang sebetulnya bayi yang tidak diharapkan. Tapi, bayi prematur tetap kita rawat sampai besar.

Bayi prematur yang ukuran tubuhnya semakin kecil maka perawatannya makin susah, makin lama dan menghabiskan sumberdaya orangtua dan rumah sakit. Setelah keluar daru rumah sakit, bayi prematur juga harus dilakukan kontrol rutin.

Arum mengaku, pernah menangani bayi prematur yang baru dilahirka. Ibunya baru berusia 16 tahun dan suaminya 17 tahun.

“Masih anak-anak suruh asuh anak. Makanya kita harus meningkatkan pendidikan, kita tidak bisa berdiri sendiri. Kita tidak bisa menurunkan prevalansi bayi prematur tapi, ujung hulunya harus ditangani dulu,” tutupnya. (*)

Reporter : Tri Budi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here