Sudah jatuh tertimpa tangga. Kalimat ini tepat untuk menggambarkan kehidupan Mursani, warga Kampung Sempur Lebak, RT 04/04, Desa Pasir Muncang, Kecamatan Jayanti, Kabupaten Tangerang. Dahulu, nenek berusia 82 tahun tinggal sendirian di sebuah gubuk bambu selama bertahun-tahun. Gubuk itu pun ambruk dihantam angin kencang pada Minggu (25/3) lalu.
Pemerintah setempat tak tinggal diam ketika melihat kediaman janda tua tersebut rata dengan tanah. Camat Jayanti Chaidir mengatakan, tempat tinggal Mursani tidak masuk dalam program Gebrak Pakumis (Gerakan Bersama Masyarakat Atasi Kawasan Padat, Kumuh, dan Miskin) tahun ini. Sehingga pihak desa mencari solusi agar ia memiliki tempat tinggal.
“Berdasarkan survei beberapa waktu lalu, rumah Mursani belum memenuhi basis kawasan, sehingga tidak masuk sebagai objek sasaran program Gebrak Pakumis. Saat mendengar informasi ambruknya rumah itu, aparat desa langsung ke lokasi,” ujar Chaidir, Minggu (1/4).
Chaidir mengatakan, penanganan dari aparat desa cepat dan tepat. Kepala Desa (Kades) Pasir Muncang Suwandi mengkoordinir pengadaan semua material yang dibutuhkan, termasuk ongkos tukang. Beberapa saat setelah gubuk milik Mursani ambruk, Suwandi bersama Ketua Pemuda Kampung Sempur Lebak Mursid dan tokoh masyarakat langsung mengadakan musyawarah.
Musyawarah tersebut membahas terkait apa saja yang harus dibeli dan berapa uang yang dibutuhkan, sehingga Mursani dapat kembali punya rumah. Tak lama kemudian, material bangunan seperti kayu kelapa, bilik bambu, paku, asbes dan sebagainya, tiba di lokasi. Pembiayaan ditanggung oleh Suwandi, termasuk ongkos tukang.
Pihak kecamatan juga memberikan bantuan kepada Mursani, sebagai langkah untuk meringankan beban warga yang terkena musibah. Chaidir pun mengapresiasi ketanggapan pihak desa dalam menangani persoalan itu. Begitu pula dengan warga setempat yang turut membantu, dia mengucapkan terima kasih. Melalui semangat gotong royong, beban akan menjadi ringan.
Kades Pasir Muncang Suwandi mengatakan, Mursani tak lagi tinggal di gubuk bambu. Rumah permanen sudah di depan mata. Proses pembangunan dimulai sejak Jumat (30/3), dengan pemasangan pondasi. Rumah baru tersebut berukuran 6×5 meter, yang didalamnya terdapat kamar mandi dan kamar tidur. Sedangkan dapur didirikan di belakang rumah.
Suwandi membantah informasi yang beredar bahwa pemerintah setempat belum ke lokasi pasca rumah itu roboh. Dia menegaskan, aparat desa diperintahkan melakukan pengecekan beberapa saat setelah menerima informasi. “Jadi, kalau ada berita yang mengatakan ‘rumah nenek Mursani roboh belum didatangi aparat pemerintah’, itu semua omong kosong. Satu jam setelah roboh, saya langsung ke lokasi. Saya mendapat laporan dari Mursid, ia datang ke rumah bersama dengan staf saya,” kata Suwandi.
Sementara itu, Ketua Pemuda Kampung Smpur Lebak Mursid mengatakan, pemerintah desa dan kecamatan sangat tanggap melakukan perbaikan rumah Mursani. Dia berharap, tempat tinggal permanen itu selesai dalam waktu cepat. Sementara waktu, Mursani tinggal di rumah cucunya, yang terletak di sebelah rumah yang sedang dibangun. (*)